Tanjung, KLU - Pemeritah Dalam hal ini Presiden saat ini sedang intens memperhatikan permasalahan perbaikan gizi balita di Indonesia. Bahkan Posyandu yang perlu diketahui selain sebagai tempat imunisasi juga merupakan sarana untuk mengetahui perkembangan balita sehingga jika ditemukan indikasi kekurangan gizi dapat segera ditangani.
Terkait hal ada tidaknya balita yang terindikasi mengidap gizi buruk di Lombok Utara, Kepala Dinas Dr. H Benny Nugroho S, melalui staf seksi gizi, Musawirin, S.St mengemukakan, “Saat ini di Lombok Utara hingga April 2010 tercatat 8 Kasus gizi buruk yang tersebar di 3 Kecamatan yaitu, Kayangan 2, Pemenang 2, dan Bayan 4, sedangkan kecamatan gangga dan Tanjung Nihil, dan semuanya sudah ditangani” ujarnya.
Factor utama terjadinya kasus gizi buruk adalah penyakit dan konsumsi makanan, disamping factor penunjang yaitu pola asuh orang tua, dan kebersihan lingkungan. Tingkat pengetahuan orang tua dalam mengasuh anak, juga menjadi salah faktor penunjang. “Jadi bukan semata-mata tingkat pendidikan mempengaruhi keberhasilan mengasuh dan merawat anak” tambahnya.
Pada tahun 2009 kasus gizi buruk di KLU menyebabkan kematian sekitar 2 Balita. Pada umumnya kasus meninggal tersebut karena balita sudah mengalami komplikasi sehingga sulit ditangani, disamping itu ketika dirujuk ke rumah sakit pihak keluarga meminta pulang paksa karena tidak betah berada dirumah sakit. “Disadari bahwa perawatan gizi buruk membutuhkan waktu yang relative lama tidak cukup 1-2 minggu, padahal pemerintah melalui Dinas Kesehatan telah membebaskan seluruh biaya pengobatan, bahkan memberikan insentif bagi yang menunggu balita tsb” ujarnya.
Pihak Dinas kesehatan melalui Puskesmas setempat selalu menghimbau masyarakat yang memiliki balita untuk mengikuti Posyandu. Hal ini bertujuan agar perkembangan balita dapat diawasi, dan jika terindikasi mengalami gizi buruk, dapat segera diberikan pertolongan melalui program pemberian makanan tambahan gratis selama 3 bulan.
Data terakhir per April 2010, masih rendah dan kemungkinan bisa meningkat pada Juli-Agustus 2010, dimana akan diadakan bulan penimbangan balita, dengan target 100% balita ikut dalam kegiatan tersebut. “Hal tersebut dilakukan karena tidak semua masyarakat sadar pergi ke Posyandu” ungkapnya. (enon15/i2klu)
Terkait hal ada tidaknya balita yang terindikasi mengidap gizi buruk di Lombok Utara, Kepala Dinas Dr. H Benny Nugroho S, melalui staf seksi gizi, Musawirin, S.St mengemukakan, “Saat ini di Lombok Utara hingga April 2010 tercatat 8 Kasus gizi buruk yang tersebar di 3 Kecamatan yaitu, Kayangan 2, Pemenang 2, dan Bayan 4, sedangkan kecamatan gangga dan Tanjung Nihil, dan semuanya sudah ditangani” ujarnya.
Factor utama terjadinya kasus gizi buruk adalah penyakit dan konsumsi makanan, disamping factor penunjang yaitu pola asuh orang tua, dan kebersihan lingkungan. Tingkat pengetahuan orang tua dalam mengasuh anak, juga menjadi salah faktor penunjang. “Jadi bukan semata-mata tingkat pendidikan mempengaruhi keberhasilan mengasuh dan merawat anak” tambahnya.
Pada tahun 2009 kasus gizi buruk di KLU menyebabkan kematian sekitar 2 Balita. Pada umumnya kasus meninggal tersebut karena balita sudah mengalami komplikasi sehingga sulit ditangani, disamping itu ketika dirujuk ke rumah sakit pihak keluarga meminta pulang paksa karena tidak betah berada dirumah sakit. “Disadari bahwa perawatan gizi buruk membutuhkan waktu yang relative lama tidak cukup 1-2 minggu, padahal pemerintah melalui Dinas Kesehatan telah membebaskan seluruh biaya pengobatan, bahkan memberikan insentif bagi yang menunggu balita tsb” ujarnya.
Pihak Dinas kesehatan melalui Puskesmas setempat selalu menghimbau masyarakat yang memiliki balita untuk mengikuti Posyandu. Hal ini bertujuan agar perkembangan balita dapat diawasi, dan jika terindikasi mengalami gizi buruk, dapat segera diberikan pertolongan melalui program pemberian makanan tambahan gratis selama 3 bulan.
Data terakhir per April 2010, masih rendah dan kemungkinan bisa meningkat pada Juli-Agustus 2010, dimana akan diadakan bulan penimbangan balita, dengan target 100% balita ikut dalam kegiatan tersebut. “Hal tersebut dilakukan karena tidak semua masyarakat sadar pergi ke Posyandu” ungkapnya. (enon15/i2klu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar