Tanjung, KLU - (28-11-2010) Sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam mengurangi subsidi (bahan bakar minyak) BBM yang mampu menghemat devisa Negara Triliunan Rupiah per tahun. Selain itu pengurangan subsidi BBM juga dimaksudkan untuk meningkatkan alokasi dana pada pendidikan dan layanan kesehatan bagi rakyat yang kurang mampu. Berbagai langkah telah dilakukan pemerintah dalam melaksanakan program tersebut baik melakukan konversi minyak tanah ke gas yang telah terlaksana di sebagian wilayah di Indonesia dan dirasa cukup berhasil.
Di Tanjung KLU, langkah pemerintah dalam menguragi subsidi BBM telah terlaksana walaupun tidak dengan konversi minyak tanah ke gas tetapi melalui pengurangan jumlah minyak tanah bersubsidi yang beredar hal ini dapat dilihat dengan makin sulitnya minyak tanah bersubsidi ditemukan dipasaran dibanding dengan minyak tanah non subsidi dengan harga yang lebih mahal.
Selain itu. Diantara minyak tanah yang beredar dipasaran terdapat dua jenis warna minyak tanah yang dapat dilihat secara langsung. Diantaranya berwarna bening dan agak keungu-unguan, dari api yang dihasilkan pun berbeda. “minyak tanah yang berwarna agak keungu-unguan akan menghasilkan asap yang tebal jika digunakan dan dapat merusak kompor berbeda dengan minyak tanah berwana bening yang tidak menghasilkan asap dan tidak merusak kompor.” jelas buk baini seorang ibu rumah tangga yang telah lebih dari 25 tahun menggunakan minyak tanah dan sekarang mulai menjual minyak tanah botolan. “minyak tanah stok lama yang berwarna bening dan minyak yang baru datang yang berwarna agak keungu-unguan” tambahnya. Bersubsidi atau non subsidi tetaplah sebuah produk yang harus dijaga kualitasnya.(anch_i2klu)