Loloan, KLU : Kendati modal usaha cukup, tapi bila infrstruktur seperti jalan rusak, tentu tidak akan bisa menjamin peningkatan perekonomian masyarakat. Karenanya pembangunan infrastruktur jauh lebih utama dari permodalan.
Pendapat tersebut ditegaskan oleh Kepala Desa Loloan Kecamatan Bayan-Lombok Utara R. Nyakrasana, pada Suara Komunitas, ketika ditemui di ruang kerjanya (18/2). Menurutnya, hampir di seantero Indonesia ini, yang bergaung sekarang adalah selalu terkendala masalah modal usaha tanpa memperhatikan infrastruktur jalan yang banyak rusak.
Ambil saja contohnya di jalan pertigaan Desa Loloan ke Dusun Torean sepanjang 5 km yang kini 95 persen rusak total. Padahal dusun ini dijadikan sebagai pusat perekonomian Desa Loloan dan banyak menghasilkan komoditi unggulan, tapi karena infrstruktur jalannya yang rusak, akibatnya perekonomian warga tidak bisa meningkat. ”Harga segala hasil pertanian turun drastis akibat jalan belum diperbaiki”, tutur Nyakrasana memberi contoh.
”Kalau saya tidak terlalu obsesi dengan modal, BLT, dan raskin. Bila semua itu dialihkan ke pembangunan infrastruktur, tentu itu berarti sudah dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) ataupun Sumber Daya Alam (SDA) itu sendiri”, tegasnya.
Desa Loloan merupakan desa tertua yang memiliki kultur adat yang kuat serta statemen kehidupan yang luas, tapi karenma struktur jalan yang menuju dusun-dusun terpencil tersebut, tentu tidak akan bisa maju. ”Kalau jalan ke Torean itu bisa dibangun, saya akan bisa memperjuangkan menjadi daerah pariwisata, karena dia termasuk salah satu jalan pendakian ke Danau Segara Anak”, jelas Nyakrasana.
Tapi sekarang bagaimana mau berbicara pengembangan pariwisata kalau jalannya berlubang disana sini, tentu kita akan malu. ”Jadi kunci utama keberhasilan masyarakat itu, bila infrastruktur jalan itu bisa segera diperbaiki. Karena selama ini masyarakat sudah bosan dengan pengerasan jalan tiap tahun. Keinginan masyarakat itu bila setelah dilakukan pengerasan perlu ada tidak lanjutnya”, katanya.
Menurut Nyakrasana, beberapa hari lalu, jalan ini pernah disampaikan ke DPRD KLU. Namun pihak DPRD, meminta agar membuat status jalan desa ini menjadi jalan kabupaten. ”Permintaan tersebut disangkal oleh salah seorang anggota dewan, yaitu R. Nuna Abridi, yang menurutnya, kalau jalan itu sudah layak untuk diperbaiki dan diaspal itu sudah bisa. Nah mengenai kata bisa ini, apakah teralisasi tahun 2010 ini atau tahun 2011 mendatang”, kata Nyakrasana menuturkan ungkapan salah seorang anggota dewan KLU.
Sedangkan penduduk yang membutuhkan jalan ini tidak kurang dari 4800 orang, dan itu tidak terlepas dari penduduk pendatang yang mencari kehidupan dio Torean. ”Harapan kami kepada pemerintah hanya pembangunan infrstruktur jalan saja. Kalau modal atau gapoktan dan lainnya, nonsen dapat mengubah kehidupan masyarakat”, tegasnya.
”Raskin membuat masyarakat menjadi hidup ketergantungan, artinya yang kaya kadang-kadang membuat dirinya menjadi miskin. Demikian juga dengan BLT yang menjadikan masyarakat menjadi manja”, tambahnya lagi.
Untuk program PNPM 2010, menurut Kepala desa muda yang cukup energik ini, lebih diarahkan kepada pembangunan rabat jalan di Dusun Montong Kemuning dan Loloan. Sementara PNPM Generasi diarahkan untuk kesehatan yaitu pembangunan posyandu. ”Kalau jalan ke Torean tentu tidak mampu dibiayai oleh dana PNPM, dan itu tanggungjawab pemerintah daerah. M. Syairi
Pendapat tersebut ditegaskan oleh Kepala Desa Loloan Kecamatan Bayan-Lombok Utara R. Nyakrasana, pada Suara Komunitas, ketika ditemui di ruang kerjanya (18/2). Menurutnya, hampir di seantero Indonesia ini, yang bergaung sekarang adalah selalu terkendala masalah modal usaha tanpa memperhatikan infrastruktur jalan yang banyak rusak.
Ambil saja contohnya di jalan pertigaan Desa Loloan ke Dusun Torean sepanjang 5 km yang kini 95 persen rusak total. Padahal dusun ini dijadikan sebagai pusat perekonomian Desa Loloan dan banyak menghasilkan komoditi unggulan, tapi karena infrstruktur jalannya yang rusak, akibatnya perekonomian warga tidak bisa meningkat. ”Harga segala hasil pertanian turun drastis akibat jalan belum diperbaiki”, tutur Nyakrasana memberi contoh.
”Kalau saya tidak terlalu obsesi dengan modal, BLT, dan raskin. Bila semua itu dialihkan ke pembangunan infrastruktur, tentu itu berarti sudah dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) ataupun Sumber Daya Alam (SDA) itu sendiri”, tegasnya.
Desa Loloan merupakan desa tertua yang memiliki kultur adat yang kuat serta statemen kehidupan yang luas, tapi karenma struktur jalan yang menuju dusun-dusun terpencil tersebut, tentu tidak akan bisa maju. ”Kalau jalan ke Torean itu bisa dibangun, saya akan bisa memperjuangkan menjadi daerah pariwisata, karena dia termasuk salah satu jalan pendakian ke Danau Segara Anak”, jelas Nyakrasana.
Tapi sekarang bagaimana mau berbicara pengembangan pariwisata kalau jalannya berlubang disana sini, tentu kita akan malu. ”Jadi kunci utama keberhasilan masyarakat itu, bila infrastruktur jalan itu bisa segera diperbaiki. Karena selama ini masyarakat sudah bosan dengan pengerasan jalan tiap tahun. Keinginan masyarakat itu bila setelah dilakukan pengerasan perlu ada tidak lanjutnya”, katanya.
Menurut Nyakrasana, beberapa hari lalu, jalan ini pernah disampaikan ke DPRD KLU. Namun pihak DPRD, meminta agar membuat status jalan desa ini menjadi jalan kabupaten. ”Permintaan tersebut disangkal oleh salah seorang anggota dewan, yaitu R. Nuna Abridi, yang menurutnya, kalau jalan itu sudah layak untuk diperbaiki dan diaspal itu sudah bisa. Nah mengenai kata bisa ini, apakah teralisasi tahun 2010 ini atau tahun 2011 mendatang”, kata Nyakrasana menuturkan ungkapan salah seorang anggota dewan KLU.
Sedangkan penduduk yang membutuhkan jalan ini tidak kurang dari 4800 orang, dan itu tidak terlepas dari penduduk pendatang yang mencari kehidupan dio Torean. ”Harapan kami kepada pemerintah hanya pembangunan infrstruktur jalan saja. Kalau modal atau gapoktan dan lainnya, nonsen dapat mengubah kehidupan masyarakat”, tegasnya.
”Raskin membuat masyarakat menjadi hidup ketergantungan, artinya yang kaya kadang-kadang membuat dirinya menjadi miskin. Demikian juga dengan BLT yang menjadikan masyarakat menjadi manja”, tambahnya lagi.
Untuk program PNPM 2010, menurut Kepala desa muda yang cukup energik ini, lebih diarahkan kepada pembangunan rabat jalan di Dusun Montong Kemuning dan Loloan. Sementara PNPM Generasi diarahkan untuk kesehatan yaitu pembangunan posyandu. ”Kalau jalan ke Torean tentu tidak mampu dibiayai oleh dana PNPM, dan itu tanggungjawab pemerintah daerah. M. Syairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar