Petani Jagung KLU Harapkan Perhatian Pemerintah


KLU, Jagung adalah salah satu komuditas unggulan yang dimiliki Kabupeten Lombok Utara, salah satu desa pengahasil jagung terbesar di KLU yakni desa Mumbul Sari, Kecamatan Bayan. Jumlah produksi jagung yang dihasilkan sebanyak 3 ribu ton lebih per sekali musim panen. Luas Desa Mumbul Sari yang merupakan pintu masuk kecamatan Bayan mencapai 2.500 ha, sedangakan luas lahan yang ditanami jangung lebih dari 735 ha. Per hektarnya mampu mengasilkan jagung kering siap jual sebanyak 4 ton hingga 5 ton jagung, sedangkan per kilonya dijulal berpariasi antara Rp 2.800 hingga Rp 3 ribu.

Jumlah penduduk Desa Mumbul Sari mencapai 1.371 Kepala Keluarga (KK) yang mayoritasnya sebagai petani jagung. Meski Desa Mumbul Sari menjadi salah satu daerah pengasil jagung terbeasr di Lombok Utara namun berbagai kendala dan masalah sering dihadapi kelompok tani, mulai dari sistim ijon, tengkulak, akses pasar hingga buruknya infrastruktur jalan yang menghubungkan dusun yan g satu dengan dusun lainnya.

Produksi jagung yang cukup besar itu, membuat KLU menjadi daerah penyumbang peningkatan angka Produk Domestik Regional Bruto, yang cukup signifikan bagi provinsi NTB. Namun demikian, melimpahnya hasil produksi jagung didesa Mumbul Sari belum mampu mensejahterakan masyarakat petani setempat, hal ini terbukti hingga saat ini kondisi perekonomian warga masih dibawah angka rata-rata, dan masih banyak keluarga yang tinggal dirumah yang kurang layak termasuk masih buruknya infrastruktur jalan sebagai jalur distribusi hasil pertanian.

Haji Muhamad Ilham, Kepala Desa Mumbul Sari Kecamatan Bayan, mengatakan kepada NTB POST beberapa hari yang lalu mengatakan, selain persoalan diatas petani jagung saat ini masih terkendala dengan mesin pemipil jagung dan terpal atau lantai pengering untuk menjemur jagung. Mesin pemipil jagung biasanaya didatangkan oleh pengusaha dengan sistim sewa. Sekali sewa atau per tumpuk jagung bisanya mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 500 ribu. Satu tumpuk jagung beratnya tidak kurang dari 3 ton jagung kering.

Menurut Ilham, karena belum tersedianya mesin pemipil milik kelompok tani, hampir setiap musim panen petani jagung merugi karena tumpukan jagung sering rusak dan tumbuh kembali karena terlambat di pipil. “ Sebagian besar petani jagung menggunakan alat manual (parut) untuk memipil jagung,“ ungkap Ilham lebih lanjut.

Ia berharap pemerintah terkait juga membatu mencarikan solusi yang tepat untuk mengatsi persoalan kelompok tani jagung, khususnya yang ada di desa Mumbul Sari. “ Kita berharap pemerintah memeperhatikan kendala para petani jagung, terutama masalah mesin pemipil yang belum dimiliki termasuk terpal atau lantai pengering jagung, “ tandasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar